Character Building

Apa Itu Character Building?
Karakter adalah moral excellence atau akhlak yang dibangun atas berbagai kebajikan (virtues). Karakter baru memiliki makna jika dilandasi nilai-nilai kebudayaan. Jadi, karakter bangsa adalah karakter warga negara yang dinilai sebagai kebajikan. Karena itu, national and character building harus berorientasi pada upaya pengembangan nilai-nilai kebajikan sehingga menghasilkan output yang memiliki jati diri dan kepribadian.
Bagaimana membangun character building, John C. Maxwell (1991) dalam bukunya The 21 Indispensable Qualities of a Leader menyatakan: “Karakter yang baik lebih dari sekadar perkataan. Karakter yang baik adalah sebuah pilihan yang membawa kesuksesan. Ia bukan anugerah, tapi dibangun sedikit demi sedikit, dengan pikiran, perkataan, perbuatan nyata, melalui pembiasaan, keberanian, usaha keras, dan bahkan dibentuk dari kesulitan demi kesulitan saat menjalani kehidupan.”
M. Nuh dalam sambutan serah terima dengan Mendiknas sebelumnya juga menegaskan bahwa berbicara soal karakter dan budaya bangsa bukan sekadar hal-hal yang menyangkut kesantunan. Di dalamnya termasuk intellectual curiosity (rasa keingintahuan intelektual). Dari intelektual muncul kreativitas, dari kreativitas muncul inovasi. Kalau inovasi ditambahi sedikit marketing atau ilmu berjualan, jadilah entrepreneur. Karena itu, jadikanlah sekolah sebagai bagian membangun karakter.
Membangun kembali karakter bangsa ini akan efektif jika melalui jalur pendidikan. Namun, hal itu harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Mulai keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sebab, pendidikan karakter mencakup pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan kepengamalan nilai secara nyata. Dari gnosis sampai ke praksis. Singkatnya, pendidikan karakter adalah membimbing orang untuk secara sukarela mengikatkan diri pada nilai. Profesor Phenix mengistilahkan sebagai voluntary personal commitment to values.
Terdapat tiga hal penting yang mesti diperhatikan dalam pendidikan karakter. Yakni, pembiasaan, contoh atau teladan, dan pendidikan/pembelajaran secara terintegrasi. Pembiasaan memegang peran sangat penting dalam ke¬hidupan manusia. Ia mengambil porsi cukup besar dalam usaha manusia. Islam menggunakan kebiasaan sebagai salah satu sarana pendidikan, dikutip dari Ibrahim Hamd Al-Qu’ayyid (2005) dalam bukunya 10 Kebiasaan Manusia Sukses tanpa Batas.
Dari banyak referensi bisa disimpulkan bahwa pendidikan berkarakter bukan sulap, tak semudah membalik telapak tangan, perlu waktu, perlu pembiasaan, pengulangan, keteladanan, dan disiplin. Tidaklah cukup sebuah buku menuliskan, tak cukup pula sebuah seminar atau lokakarya mendiskusikan kompleksitas pelaksanaan pendidikan karakter tersebut.
Kegiatan membersihkan halaman dan jalan di sekitar Wisma 1 Universitas Terbuka
Kegiatan membersihkan halaman dan jalan di sekitar Wisma 2 Universitas Terbuka
Kegiatan membersihkan halaman depan dan tangga di sekitar Wisma 2 Universitas Terbuka

Ketua Kelompok 14: membersihkan halaman depan Wisma 2 Universitas Terbuka
Kelompok 14: Kegiatan membersihkan halaman gedung Wisma 1 Universitas Terbuka
Kegiatan membersihkan jalan di sekitar Wisma 1 dan Wisma 2 Universitas Terbuka
Membersihkan halaman Klinik Universitas Terbuka


Kegiatan membersihkan halaman depan Klinik Universitas Terbuka